Rumah Impian Kami Bag. 1

Posted by




Oleh: Rusli Salim

Jika ditanyakan kepada setiap pasangan yang sudah menikah, baik lama maupun yang baru, apa yang menjadi impian utama mereka dalam pencapaian di bidang materi. Bisa dipastikan yang mereka inginkan bukanlah mobil mewah, bukan wisata keliling Eropa, bukan pula kapal pesiar apalagi pesawat jet pribadi. Secara sederhana mereka cuma menginginkan sebuah rumah mereka sendiri.

Tidak heran Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah berdoa:

"Ya Allah, ampunilah dosaku, luaskanlah rumahku, berilah barakah dalam rezekiku! Kemudian beliau ditanya, ‘Mengapa doa ini yang banyak engkau baca, ya Rasulullah?’ Maka jawab Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam: ‘Apa ada sesuatu yang lain yang kamu cintai?’" (Hadits Riwayat Nasa'i dan Ibnu Sunni).

Adalah sebuah kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan hanya dengan sekadar kata jika sudah memiliki rumah sendiri. Walaupun kecil, namun hati terasa tenang karena milik sendiri, tidak lagi menjadi 'kontraktor' atau selalu mengontrak rumah. Walaupun kecil, namun tidak ada beban pusing dan repot harus pindah kesana-kemari. Walaupun kecil, namun lebih enak karena tidak harus tak enak hati seperti jika tinggal di pondok mertua indah. Walaupun kecil, tapi merasa puas karena akhirnya bisa menanam tanaman di halaman sendiri. Walaupun kecil, kan nanti bisa dibesarin, yang penting adalah tanahnya yang memadai.

Rumah bukan pula sekadar tempat berteduh dari panas dan hujan semata. Rumah adalah oase tempat kita melepaskan penat dan lelah. Rumah adalah penyalur dahaga kasih sayang kepada anak dan istri. Rumah adalah bukti tanggung jawab dan kecintaan seorang suami dan ayah kepada keluarganya. Rumah tidak dilihat dari besar atau kecilnya, mewah atau sederhana. Karena rumah adalah tempat kita pulang, tempat kita akan diterima walaupun kita telah melakukan kesalahan. Kita akan selalu diterima dirumah kita sendiri.

Lebih dari itu, rumah adalah tempat tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai dalam keluarga terutama anak-anak. Dari rumah-lah suatu generasi yang cemerlang akan terdidik dan berkembang. Mengambil istilah dan jargon dari Ayah Edi 'Strong From Home', bahwa nasib generasi mendatang bangsa ini tergantung dari dalam rumah. Bangsa ini akan kuat bukan karena dari pendidikan sekolah semata, tapi lebih kepada pendidikan di dalam rumah.
Itulah begitu pentingnya rumah, karena rumah bukan hanya sekadar bangunan, yang terdiri dari bata, semen, pasir dan sebagainya. Oleh karena itu dalam Islam, sebelum menetukan di mana kita tinggal, janganlah ribut atau pusing dengan desain rumahnya. Justru hal paling krusial adalah memilih tetangga atau lingkungan yang baik. Hal ini diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam hadits riwayat Al Khatib, “Pilihlah tetangga sebelum memilih rumah. Pilihlah kawan perjalanan sebelum memilih jalan dan siapkan bekal sebelum berangkat (bepergian).” RasulullahSallallahu ‘alayhi wa sallam bahkan juga berdoa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang buruk di tempat pemukiman.” (Hadits Riwayat Ibnu ‘Asakir).
Tetangga adalah saudara baru kita, mereka akan menjadi teman bicara anak istri kita. Menjadi tempat 'curhat' atas beberapa masalah di sekitar, dan hal lainnya. Keluarga kita akan berinteraksi dengan tetangga setiap saat. Tidak hanya dalam hitungan sehari atau dua hari. Tapi selama kita tinggal di sana. Alangkah indahnya, jika anak istri kita berteman baik dengan teman-teman yang sholih/ baik akhlaknya. InsyaAllah Sedikit demi sedikit akan mewarnainya. Ingat, bahwa anak kita di sekolah hanya + 6 jam saja. Selebihnya dia berada di rumah, bersama tetangga kita.
Tetangga juga adalah orang pertama yang tahu dan menolong kita apabila kita tertimpa suatu masalah. Bayangkan apabila anak kita terjatuh, atau istri kita tiba-tiba kambuh sakit jantungnya, atau ada aib yang terbuka di keluarga kita. Maka orang pertama yang kita harapkan bantuannya adalah para tetangga kita. Mereka lah yang lebih dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Boleh lah kita punya saudara pejabat di Jakarta. Atau punya adik seorang kaya raya di Surabaya. Tapi ingatlah, apabila kondisi darurat, tidak mungkin Saudara di Jakarta atau adik di Surabaya akan mampu segera menolong, sedangkan kita ada di Banjarmasin. Maka, beruntnglah apabila kita menemukan lingkungan tempat tinggal yang kondusif. Para tetangga yang 'care' membantu antara satu sama lain.
Hal terakhir yang perlu diingat dalam memilih rumah, apabila kita mempertimbangkan dan merencanakan dengan serius saat akan memilih rumah di dunia, maka kita harus lebih serius dalam merencanakan rumah kita di akhirat kelak. Rumah yang akan abadi menjadi tempat tinggal kita. Kita tentu mau punya rumah yang berdekatan dengan Rasulullah, berpandangkan telaga Kautsar di syurga Firdaus nan teramat indah, bukan? Karena itu, mari siapkan juga rumah di akhirat nanti.
Mulailah berpikir dan berhitung, apa saja yang diperlukan untuk membangun rumah di surga? Mata uang apa yang dapat digunakan untuk membeli bahan-bahannya? Apa saja yang harus kita lakukan untuk mendapatkan mata uang tersebut? Juga, bagaimana caranya agar kita berhak mendapat ‘kavling’ di surga? Renungan ini perlu kita tanyakan terus menerus, sehingga setelah kita mewujudkan rumahku surgaku di dunia, suatu saat kita dapat mengatakan: “Surga ini rumahku.” Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 04.23.00

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.